Kamis, 09 Maret 2017

Trip ke Gunung Munara

3 Maret 2017
Tahu bulat di goreng dadakan.. wkwk
Memang kalau yang dadakan itu enak, yah kaya tahu bulat. Ceritanya berawal dari gw yang pengen banget pergi ke Bandung.  Naek kereta terus nyari sewaan motor buat ngetrip di Bandung. Tapi takdir berkata laen, tiket ke Bandung sudah penuh semua.
After Jumatan, iseng buka2 tempat wisata yang deket2 dari Jakarta, sampe akhirnya ketemu tempat yang memang banget gw pengen, gunung tapi ga terlalu tinggi. Gw langsung pengen banget pergi ke tempat ini, kenapa?? karena gw udah kangen banget gunung (terakhir jaman SMA, krn dulu satu2nya kegiatan extra kulikuler yang gw ikutin cuman pecinta alam), merasakan nafas ngos-ngosan dibawah cakrawala, diatas lumpur dan diantara dedaunan jatuh.
Berhubung temen-temen seumuran gw pada sibuk gendong anak jd gw ngajak orang yang pada usianya masih haus akan jalan-jalan,, haha,, maaf ga ada kata-kata laen. So, kenalin namanya Feri Romadhona, gw suka nyingkat manggil fero. Berawal dari tim dalam satu project yang sama, gw jd kenal deket sm nih anak.. cerita tentang fero nanti dilanjutin sambil jalan. Jadi, bak gayung bersambut Fero langsung bilang, yaudah subuh kita jalan. Ok, akhirnya kita sepakati untuk memudahkan keberangkatan kita, fero malamnya nginep dikosan gw di daerah Cempaka Putih. Malam sekitar jam 22.00 fero datang ditemani satu temennya.

4 Maret 2017
Kesepakatan kita untuk berangkat subuh molor, fero baru ngehubungin gw jam 6.30, dan seperti weekend biasanya gw masih mager banget diatas kasur. Sampai akhirnya jam 07.00 gw nyamperin fero di kosan gw yang cuman berjarak 100 meter dari rumah gw. Disana sudah ada satu temen fero, namanya Nanang. Namanya juga dadakan, bahkan gw lupa buat lihat peta lokasinya. Alhasil menjelang keberangkatan kita baru cek map lokasi, untung si fero pernah setahun tinggal di daerah-daerah sana, jd setelah lihat map dia langsung paham. Jam 7.15 kita jalan dari rumah, dengan 2 motor, gw sendiri dan fero boncengan sm Nanang. Baru jalan 1 km, gw ragu apa dompet sudah kebawa, setelah gw cek di dalam tas gw ga nemuin dompet gw. Dan akhirnya gw putusin buat balik lagi, sementara fero sm nanang ke pom bensin. Ribet nyari-nyari di kamar dompet ga ketemu, dan gw baru inget ternyata dompet ada di kotak motor bawah setir, haha,,, maklum usia,,, Gw samperin fero di pom bensin, kemudian kita lanjut sarapan di KFC, ambil paket breakfast combo bertiga habis Rp.96.000 (oke, ini pengeluaran pertama ya)
Perjalanan kita mulai, berangkat dari Cempaka Putih jam 08.15. Jalanan sabtu itu terbilang lumayan sepi, hingga akhirnya kita melalui jalur padat merayap di lebak bulus. Jalanan menuju lokasi terbilang lumayan lah ga ancur-ancur banget. Dari lebak bulus kita menuju Parung, dari pasar Parung kita belok kanan disini jalanan cukup padat merayap, jalurnya ga terlalu lebar. Ribet pas ada truk besar, susah nyalipnya. Dijalanan ini pula polisi tidurnya ngeselin, ga terlalu tinggi tapi cukup terasa.
Dalam perjalanan ini mata juga harus tajam, krn tanda menuju tempat ini bisa terlewatkan oleh mata. Seperti yang terjadi dengan perjalanan kita, kita sempat kelewat tapi ada untungnya juga kita bisa berhenti di Indomaret dan mengisi perbekalan. Roti, minuman, tissue dan tissue basah kira-kira habis Rp.70.000. Tidak jauh dari jalan utama, setelah ada penunjuk situs Gunung Munara sekitar 300 meter tersedia lokasi parkir, jalan menuju lokasi parkir pas digunakan untuk 1 mobil.


Jika sudah menemukan tanda ini lokasi sudah dekat

 Tempat terakhir pemberhentian motor dan mobil

Setelah memasuki lokasi ada tiket retribusi sebesar Rp. 5.000/orang, dan untuk parkir per motor kl ga salah Rp. 3.000, lupa karena waktu itu si fero yang bayar.
Kita sampai disini pukul 10.05, dan langsung tidak sabar untuk mendaki gunung Munara. Melalui sungai dan perkebunan warga dan lagi-lagi ada pungutan dari warga setempat dengan alibi untuk uang kebersihan, walau seikhlasnya tetap dimintai perorang. Trek awal tidak terlalu extrem tetapi cukup membuat nafas habis dan keringat mengalir. Kebetulan cuaca disana saat itu juga cukup panas.
Hingga tiba di pemberhentian warung  pertama terjadi sebuah tragedi, si Nanang sepertinya sudah tidak bisa melanjutkan perjalanan. Beberapa kali dia bilang menyerah dan sepertinya tidak bisa melanjutkan sampai akhirnya tega tak tega kami meninggalkannya di warung.

Si fero exist dengan nenek

Tidak jauh setelah kita meninggalkan nanang, kita bertemu dengan nenek yang sepertinya baru saja turun dari atas gunung. Disaat kita dengan usia muda sudah hampir kehabisan nafas, sang nenek yang dengan kondisi kakinya yang sakit ini sepertinya tidak merasa lelah sedikitpun.. benar-benar salut kita dengan sang nenek ini, sampai si fero heboh minta difoto bareng dengan sang nenek.
Ternyata di Gunung Munara terhitung ada beberapa penjual, jadi kita tidak khawatir kehausan atau lapar dalam perjalanan menuju puncak. 
Tiba di Pos 3, pemandangan di bawah sudah mulai cukup menakjubkan, hamparan pematang sawah nampak begitu eksotik. Tapi dan lagi-lagi ada pungutan lagi yang mewajibkan kita membayar Rp. 5000/orang dan kita nama kita di data di sebuah buku di sebuah gubuk yang sepertinya dikelola oleh sebuah ormas.
Tak ingin lama-lama kami segera mensegerakan langkah kita menuju puncak, hingga kita tiba di sebuah batu tinggi yang terbelah. Butuh kehati-hatian untuk menuju ke atas karena batunya lumayan licin. Setelah kita menaikinya kita baru sadar ternyata ada jalan lain yang lebih bersahabat,, Memang di beberapa lokasi petunjuk tidak ada jadi jika salah kita bisa terkecoh menuju jalan yang tidak berujung di puncak tetapi entah kemana. Setelah beberapa kali mengambil gambar dan menggodai neng-neng yang kebetulan ada di situ kita melanjutkan lagi perjalanan hingga tiba di sebuah batu tinggi yang telah disediakan tali untuk memanjatnya. Kita kurang tahu disebut apa tempat ini. Disaat aku dan fero asik berfoto-foto diatas batu tiba-tiba si nanang yang tertinggal di warung berhasil menyusul kita, alhasil kita bertiga narsis-narsisan diatas puncak batu. Puncak Batu ini tidak bisa digunakan oleh banyak orang karena posisi puncaknya yang memang lumayan sempit dan dikelilingi tebing-tebing curam, beberapa kali kaki ini terasa gemetar di kala harus berdiri untuk mengambil gambar. Ga terasa hampir 1,5 jam kita menghabiskan waktu ditempat ini. Dan kebetulan ada warung dibawah batu ini, kita ngobrol-ngobrol dengan pedagangnya,, ada hal yang membuat kita terpana, karena yang sedari awal kita menyangka ini adalah puncak Gunung Munara ternyata masih ada puncak tertingginya lagi,, haha. Padahal tenaga dan banyak gaya sudah kita habiskan untuk befoto-foto disini.
 Jalur menuju atas batu



Numpang exis

Dengan petujuk tukang warung kita menyusuri jalanan, tak lama setelah warung ada sebuah musholla sederhana dan lumayan bersih. Sehabis sholat kita melanjutkan ke puncak. Dan ternyata jaraknya ga terlalu jauh, setelah berjalan 15 menit kita sampai ke puncak Gunung Munara. Disana sudah mulai rame oleh orang-orang yang tadi kita temui ketika dalam pendakian. Memang tak bisa dipungkiri puncak Gunung Munara mempesona, mata kita begitu leluasa memandang keeksotisan pemukiman dan hamparan sawah hijau dari atas.  Ada satu hal yang begitu menarik perhatian gw, tatkala melihat tingkah anak ABG berfoto dengan kata-kata diatas kertas yang selama ini juga sering gw lihat di IG. Hingga akhirnya ABG ini meminjamkan kertas dan spidolnya untuk kita. Haha... yeahhh, lumayan buat diupload di IG.. wkwk





Tak terasa waktu sudah menunjukkan jam 14.00, karena filling gw mau turun hujan dan sepertinya memang sudah lama juga kita menghabiskan waktu kita dan harus kembali ke Jakarta. Turunpun ternyata juga lumayan capek, capek menahan beban tubuh.. Tapi perjalanan ini benar-benar membuat bahagia, ga perlu jauh-jauh untuk menciptakan petualangan baru. 

Soundtrak lagu perjalanan gw kali ini Lyla - Turis

Mengutip status facebok fero :
"Hasil tidak pernah menghianati proses"
Jatuh bangun, lelah seolah ingin menyerah, hujan, panas dan segala hambatannya akan terbayar jika kita ttp memilih untuk maju menghadapinya..begitu juga hidup!
Keep semangat sabtu minggu..beranjak dari kasur empukmu gaes

dan mulai saat itu kita akan menghabiskan weekend kita untuk mencoba petualangan baru, karena hari itu juga kita membuktikan bahwa kebahagiaan tidak melulu soal uang, bahagia itu sederhana.



Salam, #selaluadaalasanuntukbersyukur






Tidak ada komentar:

Posting Komentar