Jumat, 24 Maret 2017

Trip ke Gunung Hawu dan Sanghyang Heuleut Padalarang

Mukadimah:
Setelah 2 minggu yang lalu kita berhasil mengobati rasa kangen akan naek Gunung dg ngetrak ke Gunung Munara, perasaan rindu dan haus itu makin merajalela hingga akhirnya kita akan melanjutkan perjalanan kita mencari Gunung yang tidak terlalu tinggi dan bisa dijangkau dalam hitungan maksimal 2 jam. Setelah searching ke mbah gugel gw putuskan untuk melakukan perjalanan mencari bukit di Bandung Barat tepatnya di Padalarang. Setelah minggu kemarin kita gagal membeli tiket dikarenakan kehabisan, akhirnya niat suci ini baru bisa terkabul weekend ini.

Sabtu, 18 Maret 2017
Tiket tertera 05.00, jadi kita harus menyiapkan mengumpulkan nyawa jam 04.00. Ya perjalanan ini mau ga mau dan terpaksa harus mengajak seonggok anak manusia yang sudah gw ceritakan di perjalanan sebelumnya. Trip kita kali ini di awal kita rencanakan sebagai trip ekonomi, karena kondisi keuangan yang masih belum stabil. Dengan 2 tiket kereta Argo Parahyangan seharga 80rb/tiket di tangan kita siap memulai trip kita kali ini. Dan ternyata ini trip pertama Feri naek kereta jauh, biasa mentok di KRL. Dalam hati gw cmn berharap moga nih anak ga mabok.. wkwk
Ga seperti yang gw bayangin sebelumnya ternyata kereta ekonomi sekarang sangat jauh berbeda seperti 5 tahun yang lalu (terakhir naek kereta ekonomi)

Penampakan di dalam kereta

Perjalanan menggunakan kereta api ekonomi ini menyiksa untuk orang seperti aku yang memiliki tinggi 178 cm, tapi ga berlaku untuk fero dengan tinggi 165 cm.
Dan akhirnya kami tiba juga di stasiun Bandung, gw segera menghubungi sewa motor yang sebelumnya sudah kita booking. Ternyata, nomor yg aku dapat dari internet hanya bersifat agen, yang kemudian kita diarahkan lagi ke pemilik motor. Dengan harga sewa sehari 120  rb dan ongkos antar 40 rb, menurutku lumayanlah dari pada kita hrs naek turun angkutan umum. Sedikit ada masalah si agan yang punya motor pas lagi sakit, hingga akhirnya istrinya yang mengantar,, sempet molor dari jam 8 pagi baru tiba jam 10. Tapi ada untungnya juga kita jadi jalan-jalan dan hunting foto di alun-alun dan sempet menitipkan 1 tas ke hotel, jadi lumayan enteng pas kita ngetrip bawaannya. Oh iya 5 hari sebelumnya kita sudah booking hotel raflesshom di daerah alun-alun dengan sewa 320rb/malam plus breakfast.

18 Maret 2017 pukul 10.15

GUNUNG HAWU
 
Kita memulai perjalanan dari kawasan Jl Asia Afrika dengan tujuan pertama Gunung Hawu di Padalarang. Berbekal map google kita mengarah menuju lokasi. Hingga akhirnya belokan menuju lokasi kita tidak menemukan satu petunjuk apapun, sampai kita tidak begitu yakin apakah benar map google memberi petunjuk yang benar. Hingga akhirnya kita tanya orang yang kita temui telah meyakinkan kita bahwa kita berada di jalan yang benar. Jalanan menuju lokasi nanjak, bebatuan kapur dengan tekstur tanah liat. Perpaduan batu dan lumpu ditambah tanjakan yang terjal,, sempurna untuk trek pertama. Semakin keatas tidak ada satu orangpun yang bisa kita temui, benar-benar sepi. Kita sempet tidak yakin, karena tempat ini benar-benar sepi dan hampir tidak ada jejak-jejak kehidupan.

Jalan menuju lokasi Gn Hawu
Menuju puncak jalanan setapak dipenuhi oleh rumput liar yang menjulang tinggi, disini kita hrs memarkir kendaraan di bawah untuk melanjutkan jalan kaki sekitar 100 meter. Di akhir pendakian serasa private vacation, hanya kita berdua. Hammock yang bertebaran yang gw lihat di instagram sudah tidak ada lagi kecuali bekas-bekas besi yang menancap mungkin sebagai pengikat tali hammock. Di atas pandangan begitu luas dengan 360 derajat pandangan, mulai dari kota, danau, sawah dan gunung batu.





Karena begitu menikmati pemandangan dan suasana yang damai, kita hingga lupa bahwa jam sudah menunjukkan jam makan siang dan masih beberapa list tempat yang harus kita kunjungi.

SAHYANG HEULEUT

Setelah makan siang dan sholat kita melanjutkan perjalanan ke Sahyang Heuleut, etimasi perjalanan di google map sekitar 1 jam. Ok,jam 1 siang kita melanjutkan perjalanan menuju sahyang heuleut. Ternyata perjalanan memang lumayan jauh ditambah jalanan yang dipenuhi kendaraan-kendaraan besar dan gerimis. Seperti perkiraan kita tiba di Sahyang Heuleut jam 2 siang. Mamarkir kendaraan kami di warung kami dihampiri orang yang menawarkan jasa untuk menjadi gaet untuk menuju lokasi. Sblmnya saya sempat bertanya memang harus menggunakan gaet untuk ke lokasi, kemudian dijelaskan bahwa untuk menuju lokasi banyak jalan dan bisa saja kami tersesat kalau tidak didampingi. Ya sudahlah dalam hati, hitung-hitung ikut membantu warga sekitar. Untuk gaet biaya yang dikeluarkan 80rb plus tips 20 rb. Tadinya kita sempat kaget juga saat dikasih tau bahwa menuju lokasi dibutuhkan sekitar 1 jam perjalanan, pulang pergi 2 jam perjalanan. Tapi ya sudahlah yah sudah tanggung untuk kami mencapai tempat ini.
Kebetulan saat itu sedang gerimis, perjalanan ini benar-benar diluar dugaan kami. Medan yang lumayan berat, trek yang naek turun, berjalan diatas lumpur, batu, kayu sampai air. Perjalanan yang sepertinya tidak sampai-sampai. Gerimis terus turun dan gw pun ga bisa bedain badan ini basah karena air hujan atau keringat. Sepanjang perjalanan kita disuguhkan hijaunya pemandangan dan aliran panjang sungai yang dipenuhi batu-batu besar. Setelah naek turun, nyebrang sungai 2 kali dan perjalanan panjang akhirnya kita tiba di spot, trip kali ini kita sangat kurang beruntung, hujan yang turun dari pagi membuat aliran menjadi keruh karena terbawa materi lumpur. Kl feri bilang ga beda jauh sama sungai dibelakang rumah dia di Lampung. Tapi aku berusaha untuk menikmati, begitu tiba di lokasi aku langsung lepas baju dan segera berenang di sahyang walaupun kondisi air yang sangat coklat.

Pipa dari bendungan untuk pembangkit listrik

Lokasi utama Sahyang Heleut (harusnya airnya bening, kita datang disaat kurang beruntung)

Treck menuju lokasi

Ga banyak foto yang bisa kita ambil disini, karena gerimis yang terus turun kita jd males untuk mengeluarkan kamera, ditambah kondisi tubuh yang sudah sangat letih.
Ketika pulang, gw sungguh sangat terheran-heran yang kebetulan pada saat itu kita pulang barengan dengan ibu penjual warung yang mempunyai anak kecil. Ibu itu dengan tentengan dipunggung dan ditangan sama sekali tidak merasakan letih seperti gw sama feri, begitu anak ceweknya yang mungkin masih SD kelas 4 begitu ringan langkahnya walaupun medan begitu sulit, apalagi ditambah gerimis yang membuat jalanan makin licin. Belum juga gaet kami yang sedari awal hingga akhir tujuan berjalan sambil memasukkan tanggannya dalam kantong celana. Gw dan feripun berusaha untuk mengimbangi langkah mereka, tapi ya apalah daya hingga akhirnya ibu dan anknya itupun minta ijin untuk mendahului kita,,,, wkwk. Yang gw ga habis pikir, dengan perjalanan yang begitu berat.. minuman yang dijual itu ga fantatis dengan pengorbanannya. Satu gelas susu indomilk dijual 5 rb, belum kita ngeributin ibu-ibunya untuk meminta kantong untuk tempat pakaian basah kita.. Ya Alloh,,, nikmat mana yang aku dustakan. Syukur mana yang aku lewatkan. Inilah indahnya sebuah perjalanan, banyak hal yang bisa temui. Banyak ciptaan Alloh yang begitu sempurna. Banyak pelajaran yang kita temui.

Sekitar 300 meter kita parkir terdapat pemandian air panas, jadi pemandian ini dibagi 2 langsung dari pancuran dan yang sudah di tampung di bak dalam kamar-kamar. Kitapun ga melewatkan kesempatan itu begitu sampai kita langsung menuju pemandian, sembari bersih-bersih badan, berendam juga menghilangkan pegal-pegal dari perjalanan yang baru saja kita lalui. Keluar berendam badan berasa fresh lagi. Dan kita siap untuk melanjutkan perjalanan kembali ke kota.

Dan lagu yang mengiringi perjalanan gw kali ini adalah One Direction - History

Memiliki tujuan di akhir perjalanan adalah sesuatu yang bagus, tapi pada akhirnya, yang penting adalah perjalanannya.

Salam, #selaluadaalasanuntukbersyukur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar